Perkembangan Komik di Indonesia

Komik Indonesia telah banyak menyumbangkan bahan bacaan hiburan kepada sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan pada tahun 1970-an komik Indonesia merajai kebutuhan akan hiburan yang ada. Perkembangan yang pesat dari dunia komik Indonesia telah memacu para komikus untuk membuat berbagai jenis dan ragam komik. Pada dekade itu, buku komik sempat hadir di berbagai toko besar maupun kecil, bahkan buku komik selalu tersedia dan dijual pada kios kecil di setiap stasiun bus maupun kereta.

Berbagai komik di Indonesia mempunyai musim waktu penjualan yang unik. Dalam bulan puasa atau liburan sekolah, penjualan komik meningkat. Hal ini menandakan bahwa komik dicari dan dibaca pada waktu tertentu, sebagai bacaan hiburan dikala senggang. Keberadaan komik Indonesia masih diragukan dan dibatasi. Media gambarnya dianggap belum setara dengan media seni lain. Komik Indonesia juga memiliki tokoh komik, tapi kebanyakan cepat menghilang dan tidak mampu bertahan. Salah satu sebabnya adalah kurangnya tokoh tersebut untuk beradaptasi dengan konteks perkembangan sosial politik, dan ekonomi pembacanya.

Akan tetapi pada tahun 1970, komik Indonesia mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya komik terjemahan dari Eropa dan Jepun yang membanjiri dan mendesak pasar komik lokal. Komik terjemahan itu hadir dengan bentuk dan gaya percetakan yang lebih modern dan diterbitkan oleh penerbit besar. Komik Indonesia kemudian kalah dalam persaingan. Kenyataan itu ditambah lagi dengan menjamur dan tersedianya berbagai fasilitas hiburan pengganti komik. Kondisi ini makin parah terjadi pada awal tahun 80-an. Penurunan itu disebabkan oleh banyaknya komik terjemahan yang berasal dari Eropa, Jepun dan ditambah dengan komik dari Hongkong yang membanjiri dan mendesak pasaran di Indonesia.

Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar Indonesia, muncullah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda, membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental. Banyak komikus-komikus indie (independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya mereka. Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik dengan jalan jual-beli atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus yang menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan, dengan motto 'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya tidak untuk tujuan komersial.

Beberapa studio komik Independen antara lain: